21 February 2015

Jet aime, je fais toujours

http://www.9mums.com/asset/cms/art-seks-saat-hamil.jpg


Luka itu masih menganga lebar. Tapi kali ini demi permintaan dari seseorang yang amat berarti dalam hidupku, kutekan luka itu sedalam-dalamnya. Aku tau ini terdengar gila mengiyakan permintaan pulang. Mau bagaimana lagi, aku teramat berutang budi padanya. Kuputuskan untuk pulang sebentar sebelum semuanya menjadi teramat sakit. Tak sanggup rasanya melihat dia bersanding dengan wanita lain. 

"Kamu pulang kan, nak? Daddy sama mommy berharap kamu pulang di hari pernikahan kakakmu" sedikit permintaan dari kedua orang tua angkatku membuatku mengambil keputusan yang aku tau ujungnya hanya akan membuatku bertambah sakit.

"Avi pulang, daddy, mommy" hanya jawaban singkat yang mampu kuberikan pada mereka. Aku terlalu sayang dan hormat kepada mereka. Tanpa mereka mungkin aku tak akan bisa seperti sekarang.

"Hai, cahayaku sayang, kamu kenapa? Mommy sama daddy ngomong apa?"

Aku tertawa kecil mendengar rentetan pertanyaan dari dia, penakluk hatiku yang senantiasa menemani langkahku hingga sekarang. Arya, ya, dia arya, sahabat kecilku yang berubah menjadi penakluk hatiku dan sekarang menjadi calon ayah dari anakku.

"Daddy sama mommy minta aku buat pulang, Yang, pernikahan kak Bima" jujur aku takut untuk pulang. 

"Oke, kita pulang. Udah, kamu tenang aja, ngga akan ada apa-apa. Ada aku, sayang, disamping kamu sekarang. Kamu ngga usah takut yaa. Kamu ngga sendiri. Tunjukkan dan buktikan kalau kamu bahagia sekarang dan selamanya sama aku" jawaban yang senantiasa membuatku tenang dan percaya padanya.

1 minggu kemudian

"Mom, dad, Avi pulang" teriakku tatkala aku sampai dirumah penuh kenangan ini.

"Alhamdulillah, nak, kamu pulang. Gimana keadaanmu, baik kan? Sama siapa? Kamu kok tambah gendutan sekarang, nak?" Aku hanya bisa diam mendengar rentetan pertanyaan Mommy dan daddy.

Segera kuatur nafasku, dan jawaban itu mengalir begitu aja dari bibirku.

"Avi baik, mom, dad. Avi pulang sama Arya. Mom sama dad masih ingat kan sama Arya? Maafin Avi, mom, dad, ngga seharusnya Avi mengatakan ini sekarang tapi, memang seharusnya mom sama dad tau yang sebenarnya. Avi sama Arya sudah menikah, dan sekarang Avi sedang hamil 5 bulan" 

"Maaf, om, tante. Saya tidak meminta ijin terlebih dahulu sama om dan tante untuk menikahi Avi. Tapi, semua terjadi begitu saja, cepat dan lancar tanpa halangan apapun. Mohon doa restunya agar pernikahan dan kehamilan Avi lancar dan kami bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah dan barokah" tanpa kuminta Arya menjelaskan segalanya kepada mom dan dad.

Semua diam tak ada yang bersuara di ruangan ini. Hingga tiba-tiba, suara yang sudah lama tak pernah kudengar lagi berbicara.

"Haha, kalian sungguh amat lucu. Ngga mungkin kan, Vi, Ar, kalian udah nikah dan sekarang Avi lagi hamil. Becanda kalian ngga lucu!" Teriaknya hingga membuat semua irang diruangan ini terkejut tak menyangka.

"Kalau tak percaya, boleh dilihat dan dibaca fotocopyan buku nikah kami. Kami memang sudah menikah dan Avi saat ini sedang hamil 5 bulan anak saya, darah daging saya, keturunan saya" penjelasan Arya membuat dia tambah marah.

Hey, untuk apa dia marah? Dulu dia yang menerima permintaan daddy sama mommy untuk menikahiku tapi dia juga yang menghancurkannya. Untuk apa aku bertahan dengan orang seperti itu. Arya yang tau aku diperlakukan tak adil berusaha untuk bisa mengembalikan senyum dan kebahagiaanku. Walaupun aku tau dia harus berkorban banyak. Menikahiku untuk menghilangkan status janda yang senantiasa dipandang sebelah mata oleh mereka, orang-orang diluar sana.

Aku bersyukur kedua orang tua Arya yang mengenal hidupku menerimaku dengan sangat baik. Mereka menyayangiku seperti menyayangi anak mereka sendiri. Arya anak satu-satunya di keluarga Pratama. Tapi, kedua orang tuanya tak pernah sekalipun mengajarkannya untuk hidup foya-foya. Bisa dibayangkan kan seseorang yang dari lahir hidup bergelimang harta, diajarkan untuk hidup sederhana. Bahkan untuk memulai dan mendapatkan sesuatu pun harus bersusah payah. 

Jujur, awalnya aku tau Arya menikahiku hanya untuk menyelamatkan pandangan orang-orang. Tapi, lambat laun, cinta itu tumbuh dalam hati kami masing-masing. Lalu kenapa aku tak pernah memberi taukan pernikahan ini pada kedua orang tuaku dan keluargaku? Karena saat pernikahan itu terjadi, aku sedang tak ada disini. Aku pergi menjauh meninggalkan semua kenangan antara aku dan dia. Menyembuhkan patah hatiku. Dan tanpa kusangka, aku bertemu kembali dengan Arya, suamiku. 

"Untuk apa kamu marah, Ndo? Harusnya kamu bahagia dong, Avi sudah menikah dan sekarang sedang hamil. Harusnya kamu memberinya ucapan selamat dan doa, bukan malah marah-marah. Ingat, dulu kamu yang membuangnya, menghancurkannya. Jangan hanya karena sekarang dia sudah menikah kembali, kamu marah-marah seperti itu. Lebih baik, kamu urusin saja itu istri genitmu yang dari tadi lagi flirting ke suaminya Avi" kata-kata kak Bima membuat Nando semakin marah dan istrinya, si medusa, Nadia, melengos.

"Aku bahagia, kak. Terima kasih karena dulu sudah mengajarkanku untuk menjadi pribadi seperti sekarang. Terima kasih juga untukmu, kak Nadia, tanpamu mungkin aku tak akan tau bagaimana rasanya bahagia" ucapanku membuat semua orang di ruangan ini tersenyum, terlebih-lebih kak Bima yang tertawa bahagia.

Nadia yang terkejut mendengar perkataanku hanya diam menunduk. Tak berani melihat sekeliling.

"Oh ya, kak Nadia, kalau mau flirting sama suamiku silahkan kok. Tapi jangan salahkan aku yaa kalau nanti tiba-tiba kakak udah ngga punya apa-apa lagi. Bahkan nanti kakak ngga akan berani untuk menegakkan kepala kakak lagi"

Lagi dan lagi, pelukan hangat kuterima dari suamiku tercinta. Kulihat Arya yang tengah menatapku tersenyum. Ya, aku bahagia bersuamikan Arya, sahabat kecilku, yang sangat mencintai dan menyayangiku.

"Betul itu, nak Nadia. Jangan harap nanti anda bisa menegakkan kepala anda kalau sampai saya tau anda berusaha untuk merebut anak saya ini dari menantu saya yang tercinta ini"

Ucapan dari seseorang tersebut membuat kami semua kaget. Terlebih-lebih Arya dan aku yang tak menyangka akan kedatangan dua orang yang kami sayangi, Papi dan Mami.

"Papi, mami, kok ngga bilang kalau mau kesini. Tau gitu kan tadi bisa barengan sama kami" tanya Arya yang berhasil membuat Mami geleng-geleng kepala.

"Ngga, nak, mami sama papi memang sengaja ngga bilang apa-apa, lagian tadi juga mami sama papi ngga sengaja kok lewat sini terus denger ribut-ribut"

“Avi sayang daddy sama mommy, sayang sekali. Jangan khawatirin Avi. Ada Arya yang akan jagain Avi. Dia imam dan suami Avi, mom, dad. Restui kami, doakan kebahagiaan kami”

“Iya, nak, kami merestuimu, merestui pernikahanmu dan mendoakan kebahagiaanmu”

Tangis itu kembali terdengar lagi. Tapi kali ini bukan tangis kesedihan melainkan tangis kebahagiaan. Ya, aku sudah memaafkannya, memaafkan segala kesalahannya. Tak ada salahnya bukan berdamai dengan masa lalu. Aku percaya itu akan menambah kebahagiaan dalam hidupku.

“Udah ah tangis-tangisannya. Besok kan nikahannya Bima, masa udah tangis-tangisan sih hari ini. Besok aja, oke?”

Kami hanya tertawa mengiyakan permintaan kak Bima. Besok hari membahagiakan untuk kakak angkatku sayang.

Keesokan harinya

Setelah acara akad nikah yang dilakukan dengan sangat sakral, tibalah saatnya resepsi pernikahan kak Bima dan kak Nia. Aku bahagia melihat kebahagiaan mereka. Mereka kakak-kakakku tersayang. Mommy dan daddy tak henti-hentinya tersenyum bahagia. Lengkap sudah kebahagiaan mereka berdua.

“Sayang, yuk naik ke pelaminan, diminta buat foto bareng sama daddy dan mommy” pelukan hangat di pinggangku mengembalikan kesadaranku. Aku tersenyum melihat Arya disampingku.

“Iya, yang, yuk. Lihat deh, kak Bima sama kak Nia bahagia banget yaa. Semoga mereka selalu seperti itu selamanya”

“Iya, sayang. Semoga mereka bahagia selamanya. Seperti kita. Hati-hati, yang”

Aku tersenyum bahagia. Walaupun sederhana, tapi Arya benar-benar membuat hatiku menghangat. Aku bahagia tentunya. Walaupun aku tau masih banyak kerikil tajam yang akan menghalangi langkah kami berdua, tapi dengan keyakinan dan kepercayaan, kami pasti bisa menghadapinya.

--- ooo ---

Kesederhaana cintamu membuatku yakin dan percaya kalau kamu adalah pelabuhan terakhirku, tempatku untuk selalu pulang. Terima kasih, penakluk hatiku, Arya Jitendra.

-    Avi Chayla -

--- ooo ---

21 Februari 2015

Malam minggu menggalau? Jangan.
Sebenarnya udah dari tadi pagi cerita ini selesai, tapi berhubung lagi sakit, ditunda deh postingnya. Padahal megang tab lho dari pagi. Ngga tau kenapa, lebih seneng postingnya lewat lepi. Malah asik balas-balasan comment ama mak @Desi Tham.

Happy reading, semua :)
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)

Custom Post Signature

Custom Post  Signature