01 September 2015

[The Story] Happiness, Aishiteru (oneshoot Merajut Asa)

Judul Cerita : Merajut Asa
Penulis Cerita Asli : Friska Adelia
Judul Merajut Asa Challenge : Happiness, Aishiteru
Penulis Merajut Asa Challenge : princessashr

Terkadang apa yang tampak di mata berbeda dengan yang tak tampak. Begitu juga dengan apa yang dialami oleh lelaki ini. Lelaki pujaan setiap wanita. Dengan kadar ketampanan, kepintaran dan kesuksesan, siapa yang menyangka jika di balik sikap diamnya, dia menghanyutkan. Tak pernah dia sadari jika hatinya sudah terpaut jauh pada seorang gadis sejak dia bertemu pertama kali. Otaknya menolak mengakui jika dia jatuh cinta, tapi hati siapa yang menyangka?

Begitu pun dengan gadis ini. Dia tak seperti lelaki itu yang diam-diam menghanyutkan. Sikapnya mudah tertebak namun sedikit tertutupi dengan sifat pemalunya. Pemalukah dia sebenarnya? Ahh, tidak, dia bukan gadis pemalu namun gadis penakluk hati lelaki itu.

"Yuri, kamu yakin mau menikah sama saya? Nggak malu nanti dikira jalan atau mungkin jadi simpanan om-om" jujur aku geli mengatakannya. Seperti bukan Asa yang selama ini cool. Kenapa aku jadi belingsatan sendiri kayak ayam mau nikah sih. Berasa ikutan alay kayak gini.

"Om sendiri malu nggak selama ini jalan, dekat sama Yuri? Om yakin nggak Yuri mampu jadi istri yang baik buat Om?" Yuri terdiam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan, "Kalau memang Om nggak yakin, lebih baik jangan diteruskan Om, daripada nantinya hanya menyakiti dua belah pihak"

"Yuri, saya yakin dengan apa yang saya inginkan dan putuskan. Tapi, saya juga butuh jawaban akan keyakinan kamu terhadap saya. Karena nantinya setelah kamu dan saya menikah sudah tidak ada lagi kata saya atau pun kamu, yang ada kata kita. Jadi, saya ingin kepastian jawaban kamu, Yuri" suara Asa terdengar memelas di telinga Yuri. Tak pelak itu malah membuat Yuri tertawa kecil.

"Yuriii!! Kenapa kamu malah tertawa di saat penting seperti ini? Tak tahukah kamu, saya begitu gugup saat ini dan kamu malah tertawa begini" Asa geram mendengar tawa kecil Yuri, seolah-olah semua perkataannya tadi hanya sambil lalu, omong kosong belaka.

"Maaf, om, Yuri nggak bermaksud buat menertawakan Om. Yuri tertawa karena baru kali ini mendengar Om berkata dengan suara yang terdengar memelas seolah-olah Om takut jika saya menolak keinginan Om. Bukankah sudah jelas, Om, jawaban saya tanpa saya harus menjawab? Ataukah memang perlu dengan sebuah perkataan agar semuanya menjadi jelas?" Tak ada tawa namun kali yang terdengar hanya ketegasan seorang Yuri.

"Iya, Yuri, saya butuh perkataan yang jelas dari kamu agar saya bisa segera melamarmu kepada orang tuamu. Seorang lelaki sejati bukankah tidak mengajak seorang wanita atau gadis atau perempuan yang dia yakini itu adalah cinta sejatinya, tulang rusuknya untuk berpacaran? Tapi langsung dengan meminta kepada orang tua gadis tersebut untuk menyerahkan anaknya kepada saya untuk saya nikahi dan saya nafkahi lahir batin, saya lindungi dan saya sayangi?" Jawaban Asa mampu membuat Yuri menangis haru. Tak pernah menyangka jika seorang lelaki yang baru saja dia kenal, mampu berkata seperti itu. Apakah karena faktor usia mereka yang terlampau jauh hingga membuat kedewasaan seorang Asa terlihat lebih matang dari dirinya? Entahlah, Yuri pun tak paham.

"Hei, kenapa kamu menangis, Yuri? Adakah perkataan saya yang menyinggung hatimu? Tolong, maafkan saya jika perkataan saya tadi menyinggung perasaanmu. Berhentilah menangis, Yuri, karena saya tidak dapat memelukmu untuk menenangkanmu. Kita belum menjadi muhrim dan saya tak ingin jika saya memaksakan diri memelukmu sekarang, saya tak dapat melepaskanmu begitu saja. Saya mohon, berhentilah menangis, Yuri"

"Yuri menangis bukan karena tersinggung mendengar perkataan Om, tapi Yuri bahagia mendengarnya. Mungkin karena selama ini Yuri melihat banyak sekali teman-teman Yuri yang berpacaran tanpa tahu apa tujuan mereka berpacaran. Tapi, Om, langsung mengajak Yuri menikah. Bahkan sebelumnya kita malah belum kenal dekat sama sekali. Kecuali Om adalah Paman dari temanku, Zara, tak ada hal lain yang saya ketahui mengenai Om. Makanya tadi Yuri menangis karena nggak menyangka Om bisa berkata seperti itu. Maaf, Om, jika membuat Om khawatir" Cerita Yuri panjang lebar.

"Syukurlah, Yuri. Saya kira kamu marah dan tersinggung. Jadi, bagaimana, apa jawabanmu atas pertanyaan saya tadi? Apakah kamu mau menikah dengan Om-om macam saya? Nggak takut dikira simpanan Om-om atau mungkin nantinya kamu malu?"

"Iya, Om, Yuri mau menikah dengan Om. Yuri nggak pernah malu sama sekali. Tapi, Yuri bahagia karena Yuri menemukan sosok Papa dalam diri Om. Bawalah keluarga Om untuk menemui orang tua Yuri. Dan Yuri akan menunggu hingga hari dimana kamu dan saya menjadi kita"

Pertemuan dan pekenalan hingga akhirnya membawa mereka ke dalam suatu ikatan pernikahan tak membuat kisah mereka akhirnya berakhir saat itu juga. Banyak batu sandungan yang mereka alami hingga membuat kabar bahagia itu sedikit terhambat untuk dikabarkan. Namun, satu yang pasti mereka rasakan, kebahagiaan.

"Aishiteru, Yuri-chan"

"Aishiteru, Om Asa sayang"
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)

Custom Post Signature

Custom Post  Signature