01 September 2015

[The Story] Are You Happy? (Oneshoot Merajut Asa)

Judul Cerita : Merajut Asa
Penulis Cerita Asli : Friska Adelia
Judul Merajut Asa Challenge : Happiness, Aishiteru
Penulis Merajut Asa Challenge : princessashr

Asumsi orang terhadap suatu permasalahan terkadang berbeda-beda, tergantung dari sudut mana mereka melihat. Seperti yang dialami oleh Yuri yang menganggap bahwa apa yang dilakukan Asa, suaminya, salah. Walaupun sudah dijelaskan seperti apa pun itu, Yuri tetap menganggap salah. Tak pernah dia membayangkan jika Asa akan melakukan hal seperti itu. Apa kurang Yuri selama ini, apakah memang menurut Asa belum cukup, hingga berbuat hal itu.

"Yuri, sayang.. Ayolah, keluar, saya mohon, kita bisa bicarakan baik-baik. Saya tak bermaksud untuk menyakiti hatimu. Ayolah, sayang, saya mohon, keluarlah" Asa memohon dengan sangat kepada belahan hatinya.

"Nggak mau! Om pergi aja dari sini. Yuri nggak mau lihat Om. Cukup, Om, apa yang udah Om lakukan ke Yuri. Itu udah sangat menyakiti hati Yuri" Yuri tetap bersikukuh tak ingin bertemu dengan Asa. Terlalu sakit dan kecewa akan sikap Asa.


Apa salahku? Apakah selama ini masih kurang aku memahami suamiku? Kenapa dia tega berbuat itu kepadaku?

"Asa, lebih baik kamu pulang saja dulu. Tidurlah di rumah kakakmu, Ara. Biar Ibu yang membujuk Yuri. Pergilah, Asa" tepukan pelan di bahu Asa oleh ibu mertuanya, membuat Asa menoleh dan akhirnya menggangguk.

"Baik, Ibu. Saya titip Yuri. Besok saya kembali lagi kemari. Saya hanya bisa berharap, semoga besok Yuri mau bertemu dengan saya dan mau membicarakan ini" Asa hanya bisa menitipkan pesan dan akhirnya beranjak pergi.

Yuri mendengar percakapan singkat antara Ibu dan suaminya, Asa. Tak menyangka jika suaminya pergi dan tak membujuknya lagi. Kecewa, itu yang dirasakan Yuri. Tak pelak, air matanya turun perlahan membasahi pipi mulusnya.

"Ishhh, punya suami kok nggak peka banget sih. Masa cuma segitu aja perjuangannya buat bujuk aku biar nggak marah lagi. Dulu waktu masih awal-awal kenal dan akhirnya melamar aja, perjuangannya luar biasa gitu, nah, sekarang? Huft.. Sebel, sebel, sebel" Gerutu Yuri pelan.

"Yuri, boleh Ibu masuk, nak?" Ketuka pelan di pintu kamarnya membuat Yuri perlahan beranjak melangkah untuk membukakan pintu.

"Nak, Ibu tahu kamu marah sama suamimu. Tapi, bisakah semua permasalahan kalian diselesaikan dengan kepala dingin? Bukan dengan sikapmu yang seperti ini, kabur ke rumah Ibu dan Ayah. Kamu tahu nggak, suamimu bela-belain diri kemari setelah mencarimu hingga kemana pun, karena panik tak menemukanmu di rumah. Kamu nggak bayangin gimana lelahnya suamimu mencarimu, bertanya, takut jika kamu kenapa-kenapa. Yuri, kamu sekarang bukan anak kecil, kamu sudah menjadi istri. Tak baik, jika seorang istri pergi meninggalkan rumah tanpa ijin suaminya. Masih ingat kan apa saja hak dan kewajiban seorang istri kepada suami? Ya sudah, kamu sekarang istirahat saja. Besok pagi, Ibu harap, kamu sudah menyelesaikan permasalahanmu dengan suamimu walaupun Ibu nggak tahu apa masalahnya. Ibu sayang Yuri. Ibu ke kamar dulu yaa.." Perkataan Ibunya membuat Yuri terdiam. Bingung harus menjawab apa. Akhirnya hanya anggukan yang diberikan.

Keesokan paginya..

"Asa, pergilah, temui Yuri di kamarnya. Semoga permasalahan kalian cepat selesai yaa.. Ibu mau menjemput Ayah di stasiun dulu" Pamitan dan doa tulus dari Ibu mertuanya membuat Asa semangat untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Yuri.

"Yuri-chan, boleh saya masuk?" Yuri hanya menoleh sebentar sebelum akhirnya memalingkan wajahnya lagi.

"Yuri, sayang. Saya tahu apa yang saya lakukan kemarin salah. Membuatmu kecewa dan sakit hati. Saya mohon maafkan sikap saya tersebut Yuri. Sebagai gantinya, hari ini kamu ingin saya melakukan apa agar kamu mau memaafkan saya?" Helaan nafas lelah Asa melihat istrinya tetap diam.

Harus cara apalagi saya membuat Yuri mau memaafkan saya. Kemarin saya tak sengaja melakukan itu. Ahhh.. Membuat kepalaku serasa mau pecah saja.

"Oke, kalau Om, mau melakukan apa saja demi maaf dari Yuri" Yuri terdiam sejenak sebelum melanjutkan kembali, "Yuri mau Om goyang dumang, goyang ngebor, nari India yang lari-larian di antara pohon-pohon, goyang ngecor, goyang patah-patah. Sekarang! Yuri nggak mau tahu. Kalau nggak mau, jangan harap Om bisa mendapatkan maaf Yuri" Rangkaian syarat dari Yuri membuat Asa terdiam.

"Baiklah, kalau itu yang kamu mau. Saya akan melakukannya, demi kamu, Yuri-chan" suara lemah Asa menandakan jika dia tak menyangka akan melakukan hal ini demi mendapatkan maaf dari istri mungilnya, Yuri.

"Sebentar. Ini lagunya, sekarang Om keluar ke halaman dan mulai goyang. Yuri mau rekam!" Ancaman Yuri membuat Asa menghela nafas. Lelah hati abang, adek.

Dimulailah serangkaian syarat yang Yuri minta kepada Asa. Tak pelak, apa yang Asa lakukan mengundang perhatian dari tetangga-tetangga di sekitar rumah Yuri. Bahkan Ayah dan Ibunya yang baru datang pun ikut tertawa sekaligus prihatin melihat tingkah menantunya.

"Udah puas kamu, Yuri, mempermalukan saya?" Suara Asa terdengar putus-putus karena sibuk mengatur nafas setelah menyelesaikan serangkaian syarat dari Yuri.

"Puas banget! Makanya lain kali jangan pernah melakukan itu sama Yuri. Kalau nggak pingin dapat hukuman dari Yuri" Tak tega hati Yuri melihat suaminya mempermalukan dirinya sendiri demi memenuhi permintaannya. Sembari masuk rumah dan memberikan minum kepada suaminya, Yuri pun duduk di sampingnya.

"Jadi, saya dimaafkan kan?" Asa menanyakan lagi walaupun sebenarnya dia sudah tahu apa jawaban Yuri terlihat dari sikap Yuri padanya sekarang ini.

"Iya, sudah. Janji yaa, nggak melakukan hal itu lagi kalau Om nggak mau dapat hukuman seperti ini atau mungkin lebih parah dari ini" Anggukan mantap dari Asa membuat Yuri tersenyum.

"Memangnya apa yang sudah suamimu lakukan Yuri, hingga anak ayah ini menghukum suaminya seperti itu" Tanya Ayah Yuri penasaran.

"Hehehe.. Bukan apa-apa sih, Yah. Hanya saja Om Asa ini.. Hehe.. Maaf ya, suamiku, Ayah bertanya dan Yuri mesti menjawabnya. Yuri nggak bermaksud membuat Om tambah malu atau membuka aib Om, tapi daripada Ayah dan Ibu penasaran terus kepo. Mendingan dijawab jujur aja yaa" Anggukan kepala dan genggaman tangan Asa membuat Yuri yakin jika itu tak jadi masalah. Bukankah memang di dalam keluarga butuh keterbukaan dan kejujuran?

"Jadi gini, Ayah, Ibu. Kemarin itu, Om Asa, buang angin sembarangan sewaktu kita lagi makan di restoran dan baunya bikin pengunjung pada protes. Yuri jadi malu, Ayah, Ibu. Yuri sudah bilang sama Om Asa buat nggak makan jengkol banyak-banyak di rumah, tapi Om Asa ngeyel. Alhasil yaa kejadian deh"

Meledaklah tawa kedua orang tua Yuri. Tak menyangka jika karena suatu hal yang sederhana membuat anaknya ngambek dan marah seperti ini kepada suaminya.

"Tunggu pembalasan dariku, Yuri-chan" Bisikan Asa membuat Yuri tersenyum menggoda. Seakan tahu apa yang akan dilakukan suaminya.

"Aku tunggu, suamiku sayang" Kecupan singkat mampir di bibir manis Yuri.

Ada banyak masalah yang terjadi di dalam suatu hubungan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)

Custom Post Signature

Custom Post  Signature