01 September 2015

[The Story] Happiness is Ours (HWS Challenge)

Judul Cerita : Hazel Wedding Story (2nd Impression)
Penulis Cerita Asli : Leonna Amorette Ferdinand
Judul HWS Challenge : Happiness is Ours
Penulis HWS Challenge : princessashr

Langit mendung dan seperti tak ingin menampakkan sinarnya. Dia berdiri di sana, hanya mampu menatap tanpa ingin melakukan apa pun. Suara petir yang bersahutan kembali terdengar. Tak lama hujan pun turun perlahan membasahi bumi. Dia masih tetap berdiri di sana, tak ingin pergi untuk sekedar mencari tempat berteduh. Hanya diam dan diam.

Jaga dia, Tuhan. Jangan Kau sakiti dia. Cukup aku yang menyakitinya. Biarkan dia berbahagia di sana.


Marvin tak sanggup untuk menyimpan terlalu lama kegundahan hatinya. Teriakan yang menyayat hati terdengar malam itu. Mungkin, jika ada orang yang mendengarnya, akan merasa jika teriakan itu benar-benar putus asa.

Perlahan Marvin beranjak pergi menuju mobilnya. Dalam perjalanan pulang kembali ke apartemennya, dia mampir sejenak di apotek, untuk membeli pesanan yang dititipkan padanya. Semoga setelah ini hanya ada kebahagiaan yang menyelimuti hidupnya. Semoga tak akan ada lagi masalah yang datang melanda.

Begitu sampai di apartemennya, dia terkejut mendapati sesosok orang yang tak pernah dia sangka sebelumnya. Sosok yang selama ini memenuhi pikirannya.

"Kamu dari mana saja? Kami menunggumu disini dua jam, ralat tiga jam. Dan kamu membiarkan El dan Logan bertanya hingga tertidur nyenyak? Kamu juga membiarkan masakanku menjadi dingin? Dan sekarang jelaskan kenapa pakaianmu bisa basah seperti ini? Kalau nanti kamu hhhmmmmmpppttttt.." Omelan itu terbungkam sendirinya dengan satu ciuman yang lembut. Seakan memahami, dia pun mengalungkan tangannya ke leher Marvin. Ciuman itu terhenti ketika suara El terdengar memanggil Bundanya.

"Nda.. Nda.. Di mana?" Orang yang dipanggil Bunda oleh El langsung berlari menuju kamar tempat El dan Logan tidur.

"Bunda disini, sayang. Kenapa, El mau a..?" Pertanyaan itu terhenti ketika tangan El menunjuk seseorang di belakang Hazel, Bundanya.

"Ayah.. Endong" Marvin kaget mendengar panggilan yang diucapkan El. Hatinya menghangat. Air mata itu perlahan turun ke pipinya. Akhirnya, El memanggilnya Ayah. Sama seperti Logan memanggilnya.

"Hallo, El. Sini, ayah gendong" Suara parau Marvin dan pelukan hangat di tubuh El membuat Hazel terharu dan tersenyum bahagia. Sebahagia itukah Marvin dipanggil Ayah oleh El, anaknya.

"Coba, El panggil Ayah lagi, nak. Ayah pingin dengar El panggil Ayah lagi" Permintaan sederhana dari Marvin diiyakan oleh Marvel, "Ayah.. Ayah.. Ayah.." Marvel tersenyum senang. Menolehkan wajahnya ke arah Hazel. Terima kasih. Hazel tersenyum.

"Ayah, adi El ain cama tatak Ogan. Tatak Ogan aik deh, Yah. Cama kayak Ayah. El cayang tatak Ogan" Celotehan dari bibir El tak pelak membuat Marvin tersenyum. Semoga selamanya seperti ini.

"Ayahhhhhh..." Teriakan dari Logan membuat Marvin tertawa senang.

"Hallo, jagoan Ayah. Kok pada bangun sih? Sini sama ayah, nak" Logan dengan mata masih setengah terpejam, berdiri dan berusaha menggapai tangan ayahnya. Seakan memahami apa yang akan dilakukan oleh Ayahnya, El berbisik lirih, "Ayah, tatak Ogan diendong juga yaa, di cini, El di cini. Ote?" Marvin mengangguk pasti mendengar keinginan El.

Hazel yang mendengarnya tak percaya jika Marvin sanggup menggendong dua orang anak bersamaan. Tak sakit pinggangkah dia?

"Zel, tolong dong kamu bikinin susu buat Logan dan El yaa.. Biar mereka bisa kembali tidur. Terima kasih, Zel" Hazel tak menjawab dan memilih untuk tersenyum. Senyuman yang mampu menggetarkan hati Marvin. Hazel pun memilih segera ke dapur untuk membuatkan anak-anak menggemaskan itu susu.

Sambil memanaskan makanan yang tadi dimasaknya untuk Marvin dan sembari membuat susu, bayangan akan ciuman yang tadi sempat Marvin dan dia lakukan membuatnya tersenyum malu. Perlakuan lembut yang dilakukan Marvin tadi melalui ciuman membuat hatinya menghangat. Walaupun dia tahu, Marvin masih terlihat bersedih, namun dia yakin itu tak akan lama. Karena dia yakin, Marvin dan dirinya akan berbahagia setelah berbagai masalah dan perpisahan melanda hubungan mereka.

Semoga setelah ini hanya ada kebahagiaan yang datang dalam kehidupan kami berempat. Dan kuharap akan bertambah satu lagi.

"Aish, apa sih aku pikirkan? Ngaco beneran deh. Nggak mungkin secepat itu. Kayaknya belum deh" Gerutuan kecil itu terdengar di telinga Marvin yang berdiri tak jauh dari dirinya.

Hazel terkesiap mendapati ada yang memeluknya dari belakang. Hembusan nafas di sekitar lehernya membuat dia menguatkan pegangan pada meja dapur.

"Kamu ngomong apa tadi barusan.. Hmmm? Apa yang nggak mungkin, hmm? Kenapa, Zel? Jawab dong, Sayang. Apanya yang belum, hmm..?" Marvin menanti jawaban Hazel sembari mencium leher Hazel yang terlihat. Hazel berusaha menahan desahan yang akan keluar dari bibirnya. Tapi semakin kuat Hazel menahan, semakin kuat pula pelukan dan ciuman yang diberikan Marvin.

Kesal tak segera mendapatkan jawaban, Marvin membalikkan tubuh Hazel dan segera mencium bibir merah itu. Hazel menegang mendapat perlakuan seperti ini dari Marvin, tapi tak lama kemudian dia sudah mengalungkan tangannya di leher Marvin. Mereka berdua begitu menikmati ciuman itu, hingga bau gosong menyadarkan mereka.

Marvin yang melihat bibir merah Hazel bengkak karena ulahnya, tersenyum puas. Sambil membenahi baju Hazel yang kusut, Marvin beranjak pergi dari dapur sebelum nafsunya mengalahkan akal sehatnya. Entah mengapa berada di dekat Hazel dengan jarak sedekat ini membuat akal sehat Marvin tak bekerja dengan cepat. Yanga da malah nafsunya yang menang.. Ckck..

"El dan Logan menunggu susunya ya, Bunda" Senyuman puas tercetak di bibir Marvin membuat Hazel ikut tersenyum. Kita lanjutkan nanti. Begitu yang diucapkan Marvin tadi sewaktu membenahi pakaiannya yang sedikit kusut.

"Ndaaaaaaa..." Teriakan El pertanda jika dia sudah kehausan. Hazel sedikit berlari ke kamar dan tentunya setelah kompor dia matiin.

"Nah, ini susu buat El dan ini buat Logan. Diminun yuk, habis itu bobo lagi" Gelengan kepala dari kedua bocah ini membuat Hazel menghela nafas. Melirik ke arah Marvin meminta bantuan. Marvin yang paham akhirnya ikut membujuk keduanya.

"El, Logan, habis minum susu bobo yaa. Besok kita pergi jalan-jalan lihat ikan. Mau?" Tawaran dari Marvin tak pelak membuat kedua bocah itu bersemangat mengganggukan kepalanya. Setelah menghabiskan susu, mereka kemudian beranjak tidur.

"Nda.. Cini.. Bobo cama El cama tatak Ogan. Ayah juga cini, bobo cini yaa" Hazel tersenyum mengiyakan. Entah dengan Marvin yang sedari tadi asyik dengan gadgetnya.

"Yah, bobo sini sama aku, adek El sama Bunda Hazel" Marvin yang mendengar panggilan Logan terkesiap mendengar panggilan Logan untuk Hazel. Hazel pun juga begitu. Air mata yang sedari tadi ditahannya akhirnya tumpah. Buru-buru dia menghapusnya sebelum ketahuan Marvin. Senang rasanya mendengar panggulan Bunda dari bibir Logan yang notabenenya bukan anak kandungnya.

"Iya, sekarang El sama kakak Logan bobo sama Bunda. Bobo yang nyenyak yaa, sayang. Besok kita jalan-jalan" Bujuk Hazel lembut. Tak lama kemudian, kedua kakak beradik beda ibu itu pun tidur nyenyak.

Marvin mengajak Hazel keluar kamar. Ingin rasanya dia berterima kasih kepada Hazel. Tapi hanya pelukan yang mampu dia lakukan. Dia takut jika dia berbicara bukan perkataan yang keluar dari bibirnya, namun tangisan.

"Vin, pesenan aku mana? Kamu udah beli kan tadi?" Hazel merenggangkan pelukannya dan meminta jawaban Marvin.

"Udah, aku taruh di kamar. Eits.. Mau kemana? Nanti dulu. Aku masih pingin meluk kamu" Hazel menggeleng dan itu pertanda untuk Marvin jika Hazel memintanya memeluk di kamar bukan di ruang keluarga.

"Zel, please, sebentar aja, aku pingin meluk kamu. Kangen tahu!" Marvin merajuk dan Hazel hanya tertawa kecil.

"Nanti dulu, aku mau ke kamar mandi sebentar, Vin. Mau ganti baju. Sekalian mau ngecek baju kamu tadi udah di keranjang pakaian kotor belum"

Hazel keluar dari kamar mandi dan mendapati kamarnya kosong tak ada orang. Dia mencari-cari keberadaan Marvin, "Vin, kamu dima.." Pelukan hangat dari samping membuat dia tahu jika Marvin menunggu dan bersembunyi di walking closet.

"Hmm.. Kenapa nyariin aku, kangen? Hmm.. Bau kamu enak, Yang.. Strawberry.. Bikin aku pingin makan kamu aja. Dan kenapa kamu pakai pakaian terkutuk ini hmm.. Bukankah aku sudah pernah bilang kalau aku nggak suka kamu pakai pakaian terkutuk ini?" Marvin menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Hazel. Membuat Hazel mati-matian berusaha menahan desahan yang ingin keluar dari bibirnya. Tak mendapat respon dan tak mendengar desahan Hazel, Marvin membalikkan tubuh Hazel dan menggendongnya ke tempat tidur. Sebelum Marvin mencium wajahnya, Hazel sudah tertidur.

Keesokan paginya..

Logan dan El bersemangat menyambut hari itu. Hazel tertawa melihat kakak beradik ini begitu senang. Tapi, keadaan yang menyenangkan itu kembali menjadi agak mencekam dengan Hazel yang lari terbirit-birit ke wastafel karena memuntahkan makanannya. El dan Logan yang melihat Bundanya muntah, memanggil Ayahnya.

"Yahhhhhh... Bunda Hazel, Yahhhhh.." Teriakan nyaring Logan membuat Marvin berlari menuju tempat Hazel.

"El, tenang yaa. Udah, Bunda ndak apa-apa. El jangan nangis yaa.. Sini, sama kakak" Loga memeluk menenangkan El. Logan amat sangat menyayangi El dan Hazel. Mungkin jika tak ada Hazel dan El, dia tak akan merasakan memiliki ibu dan adik kembali.

"Kamu, kenapa, Yang? Ada yang sakit? Kita ke dokter dulu yaa. Jalan-jalannya besok aja nggak apa-apa. Nanti aku bilang sama anak-anak" Hazel menggelengkan kepala tanda dia tak setuju dengan usul Marvin. Hazel tahu anaka-anak begitu senang hari ini karena akan pergi jalan-jalan dan dia tak ingin mengacaukan hari ini.

"Aku nggak apa-apa, Ayah. Udah, Ayah tenang aja. Aku cuma.." Hazel sengaja menggantungkan perkataannya dan memilih menarik tangan Marvin untuk diletakkan di perutnya. Marvin yang tak menyangka akan mendapat jawaban tersebut, hanya bisa diam dan dengan mata berkaca-kaca, dia mengucap syukur, dan tak henti mencium perut Hazel.

"Ada anak kita disini, Yang? Aku akan jadi ayah lagi? Kamu serius? Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, sayang. Sayang kamu banget, Hazel"

"Sayang kamu juga, Marvin"

El dan Logan yang melihat ayah dan bundanya tersenyum bahagia, bingung. Kenapa ayah nyium perut bunda Hazel ya?

"Ayah, bunda nggak apa-apa kan?" Tanya Logan

"Sini, kakak Logan, kakak El.. Sini, sayang.. Mana tangan kalian? Di sini ada adik kalian. Kalian akan jadi kakak. Kalian seneng nggak?" Marvin menuntun tangan kedua anaknya untuk menyentuh perut Hazel.

"Iyaaaaaa... Mau adik cewek, Yah.. Pasti cantik kayak Bunda Hazel. Iya kan, El?" El mengangguk mengiyakan perkataan kakaknya.

"Iya, Nda.. Tewek yaaa.. Dedeknya tewek.. Bial anti temenin Nda macak"

Marvin dan Hazel tersenyum bahagia. Sama-sama mengucapkan terima kasih dan berdoa semoga ke depannya hanya ada kebahagiaan di dalam keluarga mereka.

Untuk Riana,

Terima kasih atas segala hal yang pernah kau lakukan dalam hidupku.
Terima kasih karena sudah memberiku jagoan dan menjadikannya kakak yang baik untuk El.

Maafkan aku yang tak pernah bisa membalas perasaanmu.
Kudoakan semoga kau bahagia di sisiNya.
Percayalah, aku akan menjaga buah hati kita dengan baik.
Dan aku percaya Hazel akan menjadi Bunda yang luar biasa untuk Logan.

- Marvin -

Dear Riana,

Terima kasih karena kau pernah menorehkan luka di hatiku dan hidupku.
Terima kasih karena kau pernah membuatku sadar jika aku mencintai Marvin.
Terima kasih karena kau sudah melahirkan Logan, buah hatimu bersama Marvin.

Aku janji akan menjaga dia, memberikan dia kasih sayang sama seperti aku memberikan kasih sayang kepada anak-anakku nanti.
Walaupun dia anakmu, namun dia juga anakku, kakak dari El dan bayi kecil ini.
Kudoakan semoga kau tenang dan bahagian disisiNya.
 
Terima kasih, Riana..
Untukku, kamu saudara perempuanku..

- Hazel -
3 comments on "[The Story] Happiness is Ours (HWS Challenge)"
  1. Anonymous13:45

    Artikelnya menarik banget ditunggu artikel lainnya mbak, salam kenal :)

    ReplyDelete

Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)

Custom Post Signature

Custom Post  Signature