02 October 2015

Belajar dari Kakek Penjual Arum Manis

Hari sabtu seminggu yang lalu, seperti biasanya, kami berkumpul bersama. Ketika Bapak sedang sibuk dengan telpon-menelepon, dan ibu sibuk dengan berkebun, akhirnya aku dan adik memutuskan untuk ikut bersantai di kebun sembari mengupdate aplikasi di handphone ibu. 

Di saat aku sedang berjalan menuju kebun, aku melihat ada seorang kakek yang sedang berjualan arum manis asli dari gula tanpa sari manis. Beliau sudah berjualan lama sekali, aku mengenal beliau sejak aku TK, beliau sering berjualan di TK dekat rumah. Dan kebetulan sudah lama sekali, aku tak bertemu dan membeli arum manis di tempat beliau.

Sengaja aku menunggu adik-adik TK masuk, agar aku bisa mengobrol banyak dengan kakek tersebut. Untuk harga arum manis tersebut hanya Rp 2.000,-. Dan itu pun diberi tempat plastik, apabila membeli Rp 1.000,- tempatnya memakai kertas koran kecil. Bisa dibayangkan bukan, harga arum manis dari gula asli hanya Rp 2.000,- sedangkan harga arum manis yang biasanya dijual saat ada perayaan festival bisa lebih dari Rp 10.000,-. 



Kakek tersebut sempat rendah diri, saat harus membayangkan arum manis yang biasanya dijual di perayaan festival, "Saya hanya berjualan ini saja, mba, jelek kayak gini". Dan yang bisa aku jawab berdasarkan kenyataan juga, "Lebih enak ini, pak, asli dari gula. Kalau yang dijual di sana itu, biasanya memakai sari manis dan pewarna". Kakek tersebut sedikit lega. Aku sempat juga bertanya, apakah arum manis ini membuat sendiri. Namun, kakek tersebut menjawab, kalau beliau hanya mengambil dari yang membuat arum manis ini. Berpikir sebentar, untung berapa kakek ini yaa..

Pelajaran yang bisa aku ambil hari ini adalah, syukurilah apa yang sudah diberikan Tuhan pada kita. Dan janganlah rendah diri akan apa yang kita kerjakan. 

Kalau kamu, pelajaran apa yang sudah kamu dapatkan hari ini? 
1 comment on "Belajar dari Kakek Penjual Arum Manis"
  1. dulu saya juga suka arum manis, tapi yah gitu karena kebanyak bukan dari gula asli sekarang saya menghindari, bikin gatel ditenggorokan...bersyukur masih ada orang yang jualan seperti kakek itu, jualannya gak ngebayahin orang yg makan :)

    ReplyDelete

Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)

Custom Post Signature

Custom Post  Signature