Dear social media,
Aku
 pernah ada di posisi dimana mengalami yang namanya social media 
bullying. Tak perlu aku jabarkan bagaimana kejadiannya, bagaimana 
rasanya. Setidaknya, aku banyak belajar dari hal tersebut. Mencari teman
 yang benar-benar baik dan tulus sama aku itu susah. Yang berteman tanpa
 embel-embel pamrih itu susah.
Dari dulu, aku selalu menganggap 
semua orang itu baik, nggak jahat. Dari kejadian itu, aku belajar, bahwa
 di dunia ini tak hanya ada putih, namun juga ada hitam. Mungkin aku 
terlalu polos menganggap mereka semua baik, berteman dengan aku yang 
hanya anak kampung. Tapi, ternyata, tidak. Mungkin ada satu dua orang 
yang memang berteman baik dan tulus dengan aku. 
Kejadian itu 
membuka mata hatiku. Kejadian itu membuat aku merewind segala kejadian 
yang sudah terjadi selama aku berkecimpung di dunia maya. Dua tahun 
bukan waktu yang sebentar. Terlalu lama. Setahun pertama, aku sudah 
merasakan jenuh teramat sangat. Kerakusan akan segala hal yang 
ditawarkan membuat aku lupa akan kondisi fisik yang tak lagi sama dengan
 dulu. Lupa akan keinginan sederhana dari orang-orang yang aku cinta dan
 mencintai aku tanpa pamrih. 
Satu kejadian yang terjadi padaku di social media, disini ada beberapa aplikasi yaa, membuat aku memutuskan untuk berhenti berkecimpung di dunia yang jujur aku mencintainya dengan sepenuh hati. Tapi, apa dayaku. Aku yang hanya anak kampung tak berdaya ketika hujatan, makian, cacian datang menyerangku dari berbagai sudut.
Berkomunikasi dengan Allah, menanyakan segala hal. Menengok ke belakang apa yang sudah terjadi. Kejadian di awal bulan Januari 2019. Butuh waktu kurang lebih 2 minggu untuk aku berpikir. Hingga akhirnya, aku mantap untuk mundur dari dunia tersebut. Mungkin ini teguran dari Allah akan kerakusan yang aku dapatkan dari segala macam tawaran yang datang kepadaku atau mungkin ini memang sudah waktunya aku berhenti dan lebih fokus kepada aku, kedua orang tuaku dan keluargaku.
Sedihkah? Pastinya. Aku memilih melepaskan hingar bingar dunia dan memilih untuk merangkul kembali akhiratku. Aku ingat, ibu aku di kantor pernah bilang, "Nduk, rangkullah akhirat maka kamu juga akan merangkul dunia. Jangan kau rangkul dunia saja. Tak akan kau dapat itu akhirat." Alhamdulillah, sekarang lebih bisa menikmati hidup, lebih bisa meluangkan waktu bersama, kedua orang tuaku. Ingat banget, di bulan Agustus 2018, ada film Sultan Agung dan Si Doel The Movie. Ibu dan bapak pingin banget nonton. Ngajakkin aku nonton, tapi banyak banget alasan yang aku utarakan saat itu. Menyesal? Tentu saja. Karena aku takut jika saat itu aku menolak keinginan kedua orang tuaku, itu hari terakhir aku bersama mereka. Pastinya penyesalan itu akan kubawa seumur hidup aku.
Sampai sekarang, rasa depresi, takut, cemas karena social media bullying masih aku rasakan. Semacam trauma. Alhamdulillah, banyak orang baik yang menarik aku dari rasa depresi, takut, cemas berkepanjangan efek dari social media bullying tersebut. Mungkin kalau tak ada banyak orang baik, aku mungkin tak ada disini hingga sekarang, alhamdulillah.
Terima kasih banyak buat Allah, ibu, bapak, adik-adikku, teman halu aku, pengganti orang tuaku selama di kantor, teman-teman yang berteman denganku tulus tanpa pamrih apapun. Terima kasih banyak untuk kalian semua. Allah yang bisa membalas semua kebaikan kalian. In shaa allah, semoga till jannah yaa persaudaraan dan pertemanan kita.
.png)
 
 
 
 
 

.png) 
 
 









Agree...kejarlah akhirat, maka dunia akan mengikuti. Tetep semangat kak asri!
ReplyDeleteterima kasih, kak winda :)
Delete