28 February 2024

Cerita di Balik Layar Penyuntingan bersama Astri


Hola, teman-teman

Hari ke dua puluh delapan di bulan Februari. Biasanya di tahun lalu, ini adalah hari terakhir di bulan Februari, tapi tahun ini istimewa, karena 2024 adalah tahun kabisat, jadi ada 29 hari di bulan Februari.
 
Alhamdulillah, rubrik Ngobrol Bareng hadir kembali minggu ini. Yuks, kalau ada yang mau aku ajakkin ngobrol bareng di blog ini boleh langsung kontak aku via email yaaa..
 
Hari ini, alhamdulillah, salah satu penulis yang bukunya sudah aku review juga di blog ini. Selain sebagai penulis, beliau juga seorang editor nih. Alhamdulillah, beliau bersedia meluangkan waktu untuk ngobrol bareng aku disini. Ada yang sudah pernah membaca karya beliau yang berjudul Running Romance? Atau ada yang sudah kenal dengan kak Astri Kumala? Yuk mari kita kenalan sambil menyimak cerita di balik layar penyuntingan bersama Astri.

Halo, kak Astri, apa kabar? Sebelumnya, terima kasih banyak, kak, atas kesediaan kayak mau aku ajak ngobrol bareng di blog aku. Lagi sibuk apa nih, kak, sekarang? Sebelumnya boleh diperkenalkan diri dulu, kak, biar teman-teman di Rumah Cerita Asri kenal sama kakak.
 
Halo, semuanya. Aku Astri Kumala. Kebetulan belakangan nggak sibuk apa-apa selain mengajar di sekolah. Hehe.
 
Kak Astri, izin yaa, aku mau nanya-nanya alias kepo sedikit tentang kegiatan kakak, tentang diri kakak. Siapa tahu bisa sambil mendapatkan ilmu juga di dunia literasi ini. Kalau boleh pinjam istilah yang sering aku dengar, dunia penuh dengan kata-kata.  
 
boleh dong. 
 
Untuk awal mulanya kakak bisa terjun, nyemplunglah istilahnya di dunia literasi ini gimana sih, kak? Kemudian kalau untuk terjun sebagai editor sendiri sudah berapa lama, kakak menggeluti profesi tersebut?
 
 Awal mula menggeluti dunia literasi sebenarnya udah dari SD kelas 4. Karena anaknya imajinatif banget sampai menciptakan dunia sendiri, akhirnya terarahkan ke dunia tulis-menulis ketika mengenal majalah Bobo (bentuk peralihan karena pernah dianggap gila aja, sih) Nah, sejak itu mulai menekuni bacaan seperti komik, majalah remaja, hingga novel seiring bertambahnya uang jajan. Dari yang awalnya waktu SD nulis cerpen, SMP mencoba nulis lakon, hingga SMA baru deh coba nulis novel. Waktu SMA gandrung banget ikut lomba menulis. Tapi ya karena belajarnya otodidak dan kurang pengarahan, kalah mulu deh. 
 
Sampai di saat mendekati Ujian Sekolah, bukannya belajar, aku justru menulis novel. Yang alhamdulillah-nya novel tersebut menjadi novel debutku. Dan terus berkembang hingga aku memilih kuliah jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta masuk ke kegiatan mahasiswa juga masih di lingkup sastra. Beberapa novel juga terbit waktu awal-awal kuliah. Tapi begitu fokus mendalami sastra, aku justru seperti ciut mental karena merasa karyaku kok nggak hebat. Tapi pemikiran itu salah ya, mohon jangan ditiru. hehe
 
 Menjadi editor tuh kayak semacam cita-cita lanjutan setelah cita-cita menjadi penulis tercapai dan sudah memiliki bekal yang cukup mumpuni.. 
 
 Untuk awal terjunnya sendiri pada tahun 2017. Waktu itu Penerbit Loka Media buka kesempatan untuk bergabung menjadi tim editor. Dan seterusnya merambah ke beberapa penerbit indie lain sampai berani membuka jasa editor freelance.
 
 Ada yang aku ingin tahu nih, kak. Yang dimaksud dengan editor itu tugasnya apa aja sih, kak? Kemudian aku juga dengar ada profesi naskah hunter, ini yang kadang aku lakukan juga buat mempertemukan penulis dengan penerbit, siapa tahu jodoh. Hehe. Tugas naskah hunter itu apa aja sih, kak, sebenarnya? Ada yang pernah kasih info ke aku, kalau itu termasuk ke dalam scoop pekerjaan sebagai editor. Apakah ada keahlian khusus yang harus dimiliki oleh seorang editor, kak?
 
 Mengenai naskah hunter, setahuku tugas editor juga mencari naskah yang memiliki potensi untuk diterbitkan. Pun dengan menghubungi penulis untuk memesan naskah dengan tema tertentu. Karena aku tidak berpengalaman sampai harus mencari naskah yang memiliki potensi, jadi sekiranya itu yang aku dengar dari rekan penulis maupun rekan editor di penerbit mayor.
 
 Berbicara mengenai skill yang harus dimiliki oleh editor ya tentu saya seorang editor haruslah seseorang yang gemar membaca. Kemampuan menganalisis unsur-unsur inti dari sebuah cerita. Kalo kataku di kelas yaitu unsur intrinsik cerita. Bergelut mengenai plot, struktur, karakter, dll. Menjadi editor diminta untuk peka terhadap sebuah cerita. Selain itu skill pemahaman kebahasaan juga perlu. Terlebih tugas editor menurutku adalah menjadikan naskah layak  terbit dan mudah dipahami pembaca.
 
 Sepemahaman aku nih, kak, setiap seorang editor memiliki timeline dalam menyelesaikan sebuah naskah cerita anak asuhannya. Kalau kak astri sendiri gimana nih, apakah ada rules sendiri yang kakak terapkan ke dalam sebuah naskah dari anak asuh kakak, atau ke dalam sebuah naskah editing? Kalau untuk pembagian waktu yang kakak lakukan, selain menjadi editor, bookstagrammer, juga ada kehidupan kakak di dunia nyata itu gimana, kak, caranya? Karena 24 jam buat aku aja kadang masih kurang, kalau pas aku sedang full kegiatan. 
 
 Ketika aku mendapatkan naskah untuk disunting, hal pertama yang dilakukan adalah mengenali naskah itu sendiri alias membaca secara keseluruhan guna fokus pada masalah substansi cerita, sekaligus membuat catatan untuk penulis. Masuk ke tahap dua, kalau aku menemukan kekurangan dalam naskah, misal ada plot hole, adegan yang perlu dikurangi atau ditambah, aku akan lebih dulu berdiskusi dengan penulis dengan melampirkan beberapa saran. Jikalau masalah substansi selesai, tahap editing yang ketiga adalah line editing, yaitu memperbaiki salah ketik, huruf kapital, dll. Biasanya untuk pengerjaan menyunting aku perlu menyelesaikan dalam waktu satu bulan.
 
Jujur, kalau dapat naskah, sehari memang rasanya kurang bangeeet. Aku sampai harus begadang hingga subuh untuk menyunting naskah. Karena menyunting nggak bisa aku lakukan saat jam aktif kerja. Jadi, kerjaan menyunting biasanya aku mulai malam hari. Agak keteteran juga kalo harus banget bikin konten di Instagram. Jadi, kalau sekarang aku ada waktu khusus membuat konten, yaitu Sabtu-Minggu.
 
 Ada kesulitan tersendiri nggak, kak, untuk setiap naskah yang kakak sunting? Kalau untuk proses sebuah naskah yang kakak sunting sendiri hingga menjadi sebuah buku yang diterbitkan gitu, biasanya waktunya berapa lama, kak? 
 
 Untuk rentang waktu penyuntingan tadi sudah aku sampaikan, ya. Setelah proses sunting, nanti akan ada proses layout dan proofreading dulu sebelum naskahnya akan masuk antrean cetak.
 
 Aku punya satu beberapa pengalaman unik berkaitan dengan penulis pemula. Tapi yang bikin ekstra istigfar tuh ketika bertemu dengan penulis yang kurang kooperatif. Aku pernah mendapat satu naskah yang sudah selesai aku sunting nih, tapi begitu aku perlu diskusi, penulisnya nggak ada respons sama sekali sampai sekitar 2 minggu. Akhirnya setelah sekali berhasil dihubungi, penulisnya bilang nggak ada waktu revisi dan menjadikan aku harus kerja dua kali karena sekalian revisi. Penulisnya terima beres aja. Di situlah aku menangis. Buat temen-temen penulis yang baca, tugas editor itu menjembatani naskah hingga layak terbit, ya. Jadi, kalau diminta revisi oleh editor mohon dikerjakan sebab editor pun memiliki kode etik.
 
Waahhh, aku baru tahu lho mengenai hal ini, ahh, peluk kak Astri. Nah, kalau ini, aku penasaran nih, kak, secara sudah banyak sekali novel yang kak Astri tangani, kalau boleh tahu, dari sebanyak novel tersebut, adakah yang menjadi favorit kayak hingga saat ini, dan kalau boleh tahu kenapa nih? 
 
Ada satu novel yang waktu aku sunting, aku merasa enjoy dengan ceritanya dan memang naskahnya sudah rapi. Judulnya The Last Tribe karya Nia Karunia. Genre naskahnya fantasi, meskipun pada waktu itu aku jarang baca novel-novel fantasi.
 
 Nah, kalau untuk mimpi kak Astri sendiri nih sebagai seorang editor, apakah ada seorang penulis yang suatu hari nanti naskah atau karya beliau, kakak yang menjadi editornya? Kalau boleh tahu siapa dan kenapa nih, kak, memfavoritkan beliau? 
 
 Penulis favorit yang aku harapkan agar bisa aku sunting rasanya nggak ada. Sebab aku suka bertemu dengan genre apa pun.
 
 Lanjut lagi yaa, kak, sambil ngemil boleh kok, kak. Asal nggak ngemilikin Song Kang, Ji Chang Wook, cogan-cogan di dunia drakor yaa, udah punya aku. Eh, kok kesitu arahnya. Maaf, kak, kehaluanku lagi kumat saat ini hehe. Sekarang ini kan lagi ramai dengan penerbit mayor, indie, self publish, semi mayor. Kalau boleh, bisa dijelasin nggak, kak, perbedaan antara keempat hal tersebut. 
 
 Perbedaan penerbit-penerbit itu menurutku lebih ke perbedaan cara penulis untuk menerbitkan buku. Kalau menerbitkan buku di penerbit mayor, penulis nggak perlu keluar uang, tapi hanya perlu keluar kesabaran dan keikhlasan kalau naskahnya ditolak (sistemnya seleksi). Kalau di penerbit indie, biasanya ada dua sistem, yaitu ikut seleksi reguler atau mencoba paket terbit berbayar. Adapun perbedaan dengan self publishing sepengetahuanku adalah nggak ada editor di self publishing. Jadi apa-apa disiapkan sendiri, tinggal dicetak. Jadi sayang kan, nggak bertemu editor. Bertemu pun kalau penulis sebelum diterbitkan melalui self publishing, sudah meminta bantuan jasa editor terlebih dulu. 
 
Lagi yaa, kak. Menurut kakak sebagai seorang editor, jikalau menemukan sebuah karya yang mirip dengan karya yang lain, itu solusinya gimana nih, kak? 
 
 Sebelumnya kita harus menelaah kata “mirip” di sini dulu. Mirip ini apakah mirip secara gagasan dasar/idenya ataukah mirip plagiasi. Menurutku di dunia ini tuh nggak ada sesuatu yang orisinal. Sekiranya kalau yang dimaksud mirip itu ke arah terinspirasi, masih sah saja. Asal memang tidak melakukan plagiasi terhadap karya orang lain.
 
Sebelum aku akhiri yaa, kak. Boleh dong, kak, bagi tips dan triknya untuk teman-teman semua yang saat ini sedang menulis cerita dan ingin berkarir sebagai seorang penulis, dan ingin menerbitkan buku. Juga pesan-pesan untuk teman-teman semua.  
 
Untuk teman penulis, semoga bisa menangkap beberapa pesan yang aku sampaikan di atas. Tetap semangat belajar menulis. Menulis aja dulu. Tulis apa pun yang ada di pikiran. Jangan sekali-kali membatasi imajinasi kalian. Perkara naskahnya layak terbit atau enggak, bisa dipelajari kok, caranya dengan mempelajari novel karya orang lain. Pelajari bagaimana penulis tersebut mengemas konflik, ketegangan, sampai membuat plot twist. Semoga suatu saat aku bisa bertemu dengan naskah kalian~ 
 
Bagaimana dengan obrolan aku bareng kak Astri Kumala? Ada yang ingin menjadi editor seperti kak Astri? Atau ada yang ingin suatu hari nanti karyanya bisa disunting sama kak Astri? Boleh langsung disimak yaaa obrolan aku dan kak Astri di atas.
 
Makasih banyak kak Astri, sudah bersedia aku ajakkin #NgobrolBareng di blog My Scrap Book. Sukses selalu untuk kak Astri yaaa. Semoga suatu hari nanti aku bisa berkesempatan kembali membaca novel karya kakak yaa, siapa tahu bisa PO juga di toko buku online aku yaaa.
 
Untuk kenalan lebih lanjut dengan kak Astri, kalian bisa langsung kunjungi akun sosmed kak Astri yaaa
 
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)

Custom Post Signature

Custom Post  Signature