Hari ini, acara seperti biasa. Kami seruangan keluar kantor demi menjalankan tugas. Rute kami putuskan dari Kantor - Sleman - Bantul - Kulon Progo. Dan kami memutuskan berangkat dari kantor jam 09.30. Oke, fix, ke Sleman dulu baru kemudian kami ke Bantul. Sebelum ke Bantul, kami balik dulu ke Kantor karena ada urusan sebentar. Kemudian kami berangkat ke Bantul ke tempat mitra binaan. Setelah itu, baru kami ke Kulon Progo. Sebelum ke tempat tujuan kami, kami mampir sebentar untuk makan. Dan tujuan kami kali ini adalah Ayam Goreng Mbah Cemplung.
Terletak di Semanggi, Dusun Sembungan, Kasihan Bantul. Letaknya tidak jauh dari Kasongan. Kenapa namanya bisa Mbah Cemplung? Usut punya usut, ternyata Mbah Cemplung itu sendiri merupakan sapaan akrab dari Mbah Rejoinangun
–sang pemilik warung makan- yang berasal dari Kampung Cemplung yang
tidak jauh dari lokasi beliau berjualan. Nah, Warung Ayam Goreng Mbah Cemplung ini berdiri sekitar tahun 1980an.
Jalan masuk menuju warung makan Mbah Cemplung kita akan disambut pepohonan rindang di samping kanan kiri sebagai pelindung alami dari sinar matahari yang seakan-akan menjadi pertanda perut kita akan terlindungi dari rasa penasaran yang membuat kita menjadi lapar.
Ayam goreng Mbah Cemplung sekilas tampak tidak ada perbedaan dengan yang lain, dari cara pengemasan, penyajian dan bentuk. Menurut Mas Dayat -cucu pertama mbah Cemplung- cita rasa asin dan gurih menjadi pembeda ayam goreng mbah cemplung tidak hanya kepada jenis makanan yang sama melainkan kepada rasa masakan yang lain.
“Kuliner Jogja cenderung memiliki rasa yang seragam yaitu manis, dari situ kami mencoba rasa yang lain dan alhamdulillah banyak orang yang cocok dengan resep kami,” ungkapnya.
“Selain itu kami juga melakukan dua kali perebusan untuk setiap potong ayam sebelum masuk ke penggorengan. Setelah ayam dipotong, kemudian direbus, ditiriskan semalam, paginya kita rebus setelah itu untuk kedua kalinya, langsung masuk penggorengan,” jelasnya.
Melewati proses dua kali perebusan, membuat olahan ayam di warung ini terkenal empuk dengan citarasa yang khas. Pemilik warung sengaja memilih ayam kampung kemanggang atau dhere yang umurnya sekitar 3 bulanan dengan berat di atas 1 kilogram. Ayam kampung yang terkenal memiliki tekstur lebih keras dibandingkan dengan ayam potong terasa sangat empuk ketika disajikan di warung ini.
Ukuran potongan daging ayam kampung memang tak sebesar daging ayam potong tetapi sudah cukup mengenyangkan makan siang anda. Ayam Goreng Mbah Cemplung disajikan bersama sambal pedas dan nasi mengepul yang menambah selera makan. Selain ayam, ada juga tempe bacem. Tidak ada sayur, hanya irisan ketimun. Anda dapat memilih sambal matang atau sambal mentah sebagai teman santa (diambil dari sumber : Kuliner Jogja).
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)