21 December 2023

Membangun Jejak Penulis: Branding Diri dalam Literasi


Hola, teman-teman

Beberapa waktu lalu, udah agak lama sih, aku sempat berdiskusi dengan beberapa orang, mengenai promo untuk karya beberapa penulis. Hasil diskusi aku dengan beberapa orang tersebut, aku belum tahu yaa, kalau menurut kalian gimana. Boleh yuk, sharing bareng aku disini.

Untuk aku, menanggapi soal promo yang dilakukan oleh penulis, menurut aku itu sangat amat penting yaaa. Eventhough, tidak semua penulis yang karyanya diterbitkan oleh penerbit, dipromosikan. Ada kalanya, sebagian kecil penulis yang karyanya 'dipinang' oleh penerbit, mereka mendapatkan slot atau jatah promo lebih banyak ketimbang penulis yang mengirimkan karya mereka atas inisiatif sendiri atau menerbitkan sendiri secara self publish.

Nggak adil? Mungkin bisa dibilang seperti itu, tapi aku kurang memahami sistem ini yaaa. Karena otomatis orang hanya akan mengenal karya penulis yang lebih sering dipromosikan oleh penerbit baik melalui sosmednya atau secara offline. Dulu, saat masih menjadi reviewer, aku banyak berdiskusi dengan beberapa orang hanya untuk mempromosikan buku tersebut. Jadi, bukan hanya sekedar mereview buku saja. Tapi, bagaimana caranya buku tersebut lebih dikenal oleh orang banyak. Bukan hanya melalui mereview buku saja. Karena fenomena sekarang ini, banyak orang ingin menjadi bookstagrammer hanya demi mendapatkan buku gratis tanpa memikirkan bagaimana buku tersebut bisa terus dikenal orang, bagaimana promo buku tersebut selain melalui review buku di sosial media. Ini yang nggak pernah dilakukan reviewer jaman now. Correct me if iam wrong yaa. Hanya mengejar bagaimana mendapat buku gratis, kemudian direview di sosial media selama beberapa hari, hanya memperhatikan kecantikan feed sosial medianya saja. Tanpa memperhatikan bagaimana nasib buku tersebut ke depannya. Tegur aku dengan sopan, jikalau kalimatku atau pendapatku ini salah yaaa.


Sebut saja dia bernama Zaenab. Seorang penulis baru yang lahir dari platform aplikasi menulis online. Suatu hari, karya Zaenab dibaca oleh salah satu editor sebuah penerbit ternama, RaCin Publishing. Setelah beberapa lamanya, akhirnya karya Zaenab dengan judul Aku Kembali Lagi terbit. Dan publikasi besar-besaran dilakukan oleh RaCin Publishing. Berbeda dengan Sarah, penulis yang hanya bisa mengirimkan karyanya karena belum ada satupun tawaran pinangan dari penerbit manapun. Ketika karya Sarah yang berjudul Dia adalah Pacarku tapi Dia bukan Suamiku terbit, penerbit tak mempublikasikan sama sekali. Mungkin hanya sekali dua kali saja. Tapi selebihnya yang dipromosikan karya Zaenab. Atau Maemunah, dia memutuskan untuk menerbitkan karyanya secara self publish, mengingat belum adanya penerbit yang meminang atau tertarik dengan karyanya. Atau dia memutuskan untuk mencetak sendiri, karena memilih jalan tersebut untuk menerbitkan karyanya. Hanya untuk koleksi buku karyanya sendiri saja. Dia harus extra aktif untuk mempromosikan karyanya di sosial media yang dia miliki. 

Bisa dibilang, yang aku perhatikan saat ini adalah, ada beberapa penulis yang memang sudah memiliki massanya sendiri, akan lebih mudah menggaet pembeli, bekerja sama dengan toko buku online, dan taraaaa, yang dibeli bikin ma shaa allah sekali. Melebihi ekspektasi. Atau ada juga yang memang belum memiliki massanya sendiri, akan agak sedikit membutuhkan waktu untuk bisa menggaet pembeli.

Lalu, untuk promosi sendiri baiknya bagaimana? Baiknya kalau bisa, dilakukan di saat penulis tersebut sudah memulai untuk menulis, bisa sharing ceritanya di sosial media, atau sharing quotes, video, atau spoiler sedikit mengenai adegan selanjutnya, atau apapun itu, yang bisa menunjang pembaca tertarik untuk membaca karyamu.  


Lalu, bagaimana dengan slogan, setiap penulis memiliki pembacanya sendiri? Itu memang benar. Akan tetapi, jika ketimpangan ini masih terjadi, bagaimana dengan karya Sarah? Akankah pembacanya mengetahui jika Sarah menerbitkan buku baru? Atau bagaimana jika seorang pembaca lebih memilih membeli buku Sarah setelah dia mengetahui jika Sarah menerbitkan buku tersebut setelah setahun kemudian? Karena minimnya informasi dari penerbit tempat Sarah menerbitkan buku.

Rejeki sudah ada yang mengatur. Itu benar. Depends on bagaimana kalian memperoleh rejeki tersebut. Mau diam saja atau mencoba meraihnya. Mau dengan cara halal atau nggak halal.

Tell me your opinion yaaa, mari berdiskusi dengan baik, dengan bahasa yang sopan dan sebisa mungkin tidak menjatuhkan orang lain

8 comments on "Membangun Jejak Penulis: Branding Diri dalam Literasi"
  1. Dengan review diharapkan bisa membantu memberikan referensi kepada seseorang sebelum membelinya dan hasil review juga dapat membantu penulis mempromosikan karyanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, kak. Bikin pembaca jadi tertarik untuk ikut membaca karya penulis tersebut

      Delete
  2. Kadang memang ada beberapa penulis yang masih bingung gimana promoin cerita mereka sendiri sih, Kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kerjasama dengan beberapa akun reviewer buku itu bisa membuat penulis bisa mempromosikan karyanya juga, kak

      Delete
  3. mungkin penulis bakal lebih menghargai kalau yang promosi memang benar2 suka karyanya, bukan sekedar bantu teman. atau buat komunitas misalnya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kadang ada yang their cup of tea mereka juga, kak. Kadang ada yang bukan their cup of tea mereka, jadi yang diharapkan mungkin lebih ke honest review kali yaa, kak

      Delete
  4. di dunia kepenulisan, sepertinya memang susah dapat massa kalau namanya belum dikenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah yang dibutuhkan branding diri sendiri, kak

      Delete

Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)

Custom Post Signature

Custom Post  Signature