Hamparan pasir di sebuah pantai terlihat sangat mempesona ditambah
dengan suara air laut yang sangat tenang. Senja yang dating menggiring
mentari yang redup dalam biasnya mengusung warna keemasan yang cantik.
Di antara berpuluh-puluh manusia yang memadati segala pandang, tampak
dua orang anak kecil sedang asyik bercengkrama. Mereka tampak tak
mempedulikan keadaan sekitar, tetap asyik bermain sembari bercanda. Dari
kejauhan, orang tua kedua anak tersebut hanya diam memperhatikan. Tak
lama kemudian, salah satu dari kedua orang tua anak tersebut memanggil
mereka. Membuat mereka dengan seketika menghentikan kegiatan mereka dan
segera berlari mendekati kedua orang tuanya.
“Cresentia, Alvaro, kesini, nak. Udah mau maghrib, sebaiknya kita segera pulang. Ayo, sayang.”
“Iya, mi, sebentar. Tia, ayo, cepetan. Jangan kelamaan. Udah biarin aja istananya.”
“Tapi, aku suka sama istananya, Al. Istananya bagus banget.”
“Ya
udah, besok kalau udah gede, Al bikini Tia istana yang indah dan bagus
deh. Letaknya di deket-deket pantai. Gimana? Tia mau kan nunggu Al gede
terus bikini Tia istana seperti yang Tia mau?”
“Beneran, Al? Janji?”
“Iya, Al janji. Dan Al mau Tia nunggu Al. Al mau jadiin Tia ratu di istana yang Al bikin nanti.”
Dan sepasang jari kelingking itupun bertautan menandakan keduanya berjanji untuk menepati janji masing-masing.
“Yuk, jeng, mas, kami pulang duluan. Next time, kita liburan bareng lagi yaa. Mumpung, anak-anak masih kecil, belum banyak alasan buat nolak diajak pergi.”
“Iya,
mbakyu, mas. Hati-hati. Bener banget itu, mbakyu. Semoga kita bisa
liburan bareng lagi kayak gini. Tia, salim dulu sama mami-papinya Al.”
“Dadah, Tia. Hati-hati ya. Jangan lupa sama janji kita. Tia tunggu Al yaa.”
15 tahun kemudian
“Huft,
finally, proyek impian gue waktu kecil terealisasi juga. Semoga dia
suka ya. Ngomong-ngomong, dia kayak apa ya sekarang? Udah lama gue ga
ketemu sama dia. Terakhir ketemu, dia nangis jerit-jerit waktu gue
tinggal ke Belanda. Ini udah hamper setahun gue balik, gue belum ketemu
dia satu kalipun. Hmm, tanya mami ah. Siapa tau mami punya info terbaru
tentang dia.”
Belum sempat dia keluar dari ruangan tempat dia
berada sekarang, yang dicari-cari daritadi datang ke ruangannya, ingin
mengajak makan siang bersama.
“Hai, nak. Sibuk, ngga, kamu siang ini? Temenin mami makan siang yuk. Mami laper. Papi kamu sibuk meeting. Mami sebel sama papi.”
“Hai,
mi. Kebetulan banget, Al baru mau keluar cariin mami di ruangannya
papi. Ada yang mau Al tanyain sama mami soal Tia, mi. Tia kemana sih,
mi? Udah hampir setahun, Al balik dari Belanda, Al belum ketemu sama
Tia. Al kan kangen, mi. Al mau menuhin janji Al ke Tia dulu waktu kecil.
Mami tau ngga, kira-kira Tia dimana?”